PENGANTAR
Studi
Sosiologi sesungguhnya telah mulai sejak adanya August Comte yang telah
melahirkan gagasan yang biasa dikenal madzhab positivisme. August Comte
mencetuskan istilah sosiologi ini dalam sebuah bukunya sebagai hasil karya yang
terkenal dengan nama Cours De Philosophie Positive jilid 4 guna
menunjukan ilmu tentang kemasyarakatan sejak saat itulah peggunaan
istilah sosiologi tidak banyak berubah. August Comte sangatlah menekankan
sosiologi pada makna ilmiah. Menurut pandangan Comte dalam positivismenya
disiplin sosiologi terikat pad aide mendasar yang menyatakan bahwa seseorang
harus menggunakan metode-metode pengamatan yang dipakai oleh ilmu-ilmu alam
untuk mempelajari gejala-gejala sosial pada masyarakat. Kelak suatu hari
tokh-tokoh sosiologi yang terkenal yang diakui sebagai bapak pendiri sosiologi
sebagai disiplin akademik yakni Emile Durkheim, Max Weber, Geroge Simmel
sepakat dengan pernyataan August Comte dengan memberikan pernyataan bahwa “kita
harus memperlakukan fakta-fakta sosial sebagaimana kita memperlakukan
benda-benda yang riil”. Kendati
kemudian para ahli sosiologi modern tidak seluruhnya sepakat dan menganut
pandangan-pandangan ini.
Perkembangan sosiologi di dunia modern sejak akhir abad
19 mulai tumbuh dan berkembang pesat seiring dengan berkembangnya derivasi
disiplin ilmu sosiologi ini yang selanjutnya dalam sosiologi kontemporer,
perspektif yang dipakai sedikit berbeda dengan ide-ide formatif dari
tokoh-tokoh sosiologi modern dan formatif seperti Emille Durkheim, Max Weber,
George Simmel sehingga tidak mengherankan jika pandangan-padangan mereka
terdapat perbedaan yang menjadikan ilmu sosiologi begitu bervariasi dan cepat
berkembang...
1.Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte seorang perancis,
merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada ilmu tersebut
(yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak
menguraikan secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi,
tetapi dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok,
yaitu social statistics dan social dynamics. Konsepsi tersebut
merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok sekali. Sebagai social
statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social
dynamics meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan
mengalami perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya
melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a.
Tahap
teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas
manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena
ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala.
b.
Tahap
metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha
untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c.
Tahap
positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara
ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut
Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai
masyarakat yang berlainan.
Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu:
- The scientific labors necessary for the reorganization of society (1822)
- The positive philosophy (6 jilid 1830-1840)
- Subjective synthesis (1820-1903)
Refrensi:
- www.wikipedia.com
- Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
- Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2. EMILE DURKHEIM
Biografi
Durkheim
dilahirkan di Épinal, Prancis,
yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan
kakeknya adalah Rabi.
Meskipun keputusannya untuk meniti karir yang lebih cenderung pada bidang
intelektualitas secular daripada religius. Hal tersebut menandakan bahwa ia
lebih mengutamakan modernitas dibandingkan agama. Kebanyakan dari karyanya
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor
sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk
sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan
seringkali masih berhubungan darah dengannya.
Durkheim
adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École
Normale Supérieure pada
1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan
banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson
kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS
Durkheim belajar di bawah Fustel
de Coulanges,
seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang
sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal
kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem
akademik Prancis,
yang tidak mempunyai kurikulum
ilmu sosial pada
saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu
kemanusiaan
tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya
ketika ia menempuh ujian agrégation sebagai syarat untuk posisi mengajar
dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882. Dan ia mengajar filsafat
di sejumlah Lyceebeberapa tahun kemudian.
Seseorang yang berpandangan seperti
Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi
selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat
pendidikan guru yang pertama di Prancis. Ia
mengajar pedagogi
dan ilmu-ilmu
sosial (suatu posisi baru di Prancis) di fakultas sastra burdeaux. Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem
sekolah Prancis dan
memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali,
kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial
semata-mata membuat ia banyak dikritik. Pada tahun yang sama ia menikah dengan
Louise Dreyfus, yang mencurahkan masa hidup selanjutnya mmembantu kerja
intelektual Durkheim, memikul tanggung jawab penuh untuk urusan rumah tangga
dan pendidikan dua anaknya, menyalin berbagai manuskrip, mengoreksi naskah, dan
terlibat dalam administrasi editorial Annee Sociologique, yang di bentuk
durkheim tahun 1898.
Minat Durkheim dalam fenomena
sosial juga
didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Rusia telah memberikan pukulan terhadap
pemerintahan republikan yang sekuler. Banyak orang menganggap
pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk
menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim,
seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara
politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus
pada 1894
hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.
Tahun
1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “The
division of Labour in Society”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia
dan perkembangannya.
Pada 1895
ia menerbitkan “The Rules of Sosiological Method ”, sebuah manifesto
yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama
di Eropa di Universitas
Bourdeaux. Pada
1896 ia menerbitkan jurnal L'Année
Sociologique untuk
menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian
bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk
kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada
1897, ia menerbitkan “Suicide”,
sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana
bentuk sebuah monograf
sosiologi.
Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk
memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas
Prancis secara teknis adalah
lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah
menengah, posisi ini memberikan
Durkheim pengaruh yang cukup besar, kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk
mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya
pada 1912 ketika ia secara permanen
diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi
pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya
yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.
Perang Dunia I
mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik
dan bukan internasionalis. Ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang
sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul
sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim
giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada
semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya)
membuat ia sasaran yang wajar dari golongan
kanan Prancis yang
kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik
Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika
Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri
tewas dalam perang, sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh
Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja,
sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.
Teori dan gagasan
Perhatian Durkheim yang utama adalah
bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa
modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak
ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern,
Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer,
Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat
berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka
lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu
posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat
lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan
sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa
yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme
metodologis),
melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial",
istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan
sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat
bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan
lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat
dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada,
misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis
tertentu.
Durkheim berpendapat bahwa masyarakat
bukanlah sekedar jumlah total individu-individu, dan bahwa sistem yang dibentuk
oleh bersatunya mereka itu merupakan suatu realitas spesifik yang memiliki
karakteristiknya sendiri. Misalnya suatu partai poliik atau gereja, di samping
terdiri dari anggotaaggota individual juga memiliki struktur, sejarah,
pandangan dunia, dan kultur uang terlembaga, yang tidak dapat diterangkan dalam
rangka psikologi individual. ”kalau kitaberangkat dari individu”. Ujar
Durkheim, kita tidak akan bisa memahami apa yang terjadi dalam suatu kelompok.
Ia sama sekali menolak gagasan bahwa masyarakat bermula dari kontrak sosial
belum pernah satu masa pundi mana individu-individu diarahkan oleh pertimbangan
yang cermat untuk bergabung ataupun tidak bergabung ke dalam kehidupan kolektif
yang satu daripada yang lain. Bagi durkheim, masyarakat-prinsip asosiasi-
adalah yang utama, dan karena masyarakat secara tidak terbatas mengungguli
individu dalam ruang dan waktu, maka masyarakat berada pada posisi yang
menentukan cara bertindak dan berpikir terhadapnya.[1]
Dalam bukunya “The Division of Labour in
Society” (1893), Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk
masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian
kerja, dan meneliti bagaimana
hal itu berbeda dalam masyarakat
tradisional dan masyarakat
modern. Para penulis sebelum dia
seperti Herbert Spencer dan Ferdinand
Toennies berpendapat bahwa masyarakat
berevolusi mirip
dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang lebih
kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit. Durkheim
membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang
terus berkembang mengenai kemajuan
sosial, evolusionisme
sosial, dan darwinisme
sosial. Ia berpendapat bahwa
masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh
kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak
kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran
kolektif sepenuhnya mencakup
kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur
dengan rapi. Dan ia mengemukakan bukti-bukti sejarah menunjukan bahwa
individualisme, yang oleh para emikir sosial konservatif dianggap bertanggung
jawab atas runtuhnya tatanan sosial, sebenarnya adalah produk sosial juga, yang
hanya terdapat pada masyarakat-masyarakat yang kompleks dan berdasarkan
pembagian kerja.
Dalam masyarakat modern, demikian
pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda
dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang
mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi
seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya,
para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama
oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang
'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang
mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll)
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian
kerja yang semakin rumit ini,
demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang
berbeda dari kesadaran kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran
kolektif.
Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada
suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki
solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat represif: pelaku suatu
kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan
membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu
bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam
masyarakat yang memiliki solidaritas organic, hukum bersifat restitutif:
ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal
dari suatu masyarakat yang kompleks.
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena
semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang
norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial,
yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma
sosial yang mengatur perilaku.
Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk
perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.
Durkheim belakangan mengembangkan konsep
tentang anomie dalam "Suicide", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai
tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik dengan menggunakan statistik untuk
membuktikan jumlah rata-rata bunuh diri berfariasi sesuai dengan perubahan
solidaritas sosial, dan hal tersebut menjelaskan bahwa kontrol sosial
yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang
lebih rendah. Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan
tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial.
Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan
bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini
karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak
terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir,
sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak
menjadi beban bagi masyarakat. Dan dapat disimpulkan bahwa tindakan bunuh diri
yang tampaknya bersifat pribadi itu sebenarnya merupakan respons terhadap
kekuatan sosial. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat
integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang
rendah. Karya ini telah mempengaruhi para penganjur teori
kontrol, dan seringkali disebut
sebagai studi sosiologis yang klasik.
Akhirnya, Durkheim diingat orang karena
karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya
seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi
Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang
dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam
masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim).
Refrensi
- www.wikipedia.com
- Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
- Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
3. MAX WABER
Biografi
Max Waber, lahir di
Erfurt, Thuringia, Jerman Timur pada tanggal 21 April 1864 sebagai anak sulung
dari keluarga terpandang yang memberikan penilaian tinggi terhadap suatu
pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan lanjutannya di Universitas Heidelberg
pada Fakultas Hukum namun perhatiannya terhadap bidang filsafat dan ekonomi
membuatnya mengikuti kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan ekonomi tersebut
secara teratur dan disiplin.
Pada
tahun 1883, Max memasuki pendidikan militer yang membuka kemungkinan untuk ia
menjadi seorang perwira cadangan bagi mereka yang berpendidikan sarjana.
Setelah menyelesaikan pendidikan militer ia tak kembali pada Universitas
Heidelberg tetapi ia meneruskan studinya di Universitas Berlin, di sana ia
mendapatkan ajaran-ajaran Gneist (pengetahuan masalah keparle- menan
Inggris), Gierke (pemahaman terhadap sejarah hukum Jerman) dan Treitschke
(mengenai permasalahan Nasionalisme). Setelah itu ia menetap sejenak di
Gottingen.
Pada
tahun 1886, Max kembali ke Universitas Berlin guna menempuh ujian ilmu hukum
yang sehingga dengan terpaksa ia harus menerima tugas untuk menempati suatu
kedudukan di Pengadilan Pidana Berlin. Namun Max merasa pekerjaan tersebut
membosankan sehingga ia memilih meneruskan studinya di bawah bimbingan
Prof.Mommsen dan menulis disertasinya “A Contribution to the history of
Medieval Business Organization” dengan melibatkanilmu hukum, ekonomi dan
sejarah. Setelah itu ia meneruskan kegiatannya menganalisa sejarah agraris
masyarakat Romawi dilihat dari sudut pandang perkembangan politik, ekonomi dan
social yang tersaji dalamsebuah buku terbitan tahun 1891 untuk memenuhi
persyaratan menjadi seorang dosen ilmu hukum di Universitas Berlin.
Pada
tahun 1892 Max menikahi Marianne Schnitger, bersamaan itu ia memulai memberikan
kuliah –kuliah secara formal pada Universitas Berlin. Pada tahun 1894 Max
mendapat tawaran menjadi seorang guru besar tetap pada Universitas Freiburg,
tak lama kemudian diangkat menjadi guru besar ekonomi pada Universitas Heidelberg
tempat dimana ia bisa menikmati kehidupan intelektualnya dengan penuh gairah.
Namun Max mengalami kemerosotan mental yang sangat serius, sehingga seluruh
kegiatannya terhenti selama hampir 4 tahun. Keadaanya mulai pulih pada tahun
1903 dan semenjak itu ia menekuni masalah metode-metode ilmu social.
Pada tahun 1904 untuk pertama kalinya Max
mengunjungi Amerika Serikat untuk mengikuti suatu kongres ilmu pengetahuan
sedunia di kota St. Louis. Dalam tahun yang sama Max menerbitkan buku “The
Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” yang menganalisa awal timbulnya
kapitalisme dengan maksud agar diperoleh pemahaman mengenai pentingnya
kapitalisme ekonomi maupun akibatnya pada tahap kontemporer.
Pada
tahun 1907, Max mengundurkan diri dari kegiatan memberikan kuliah pada
Universitas Heidelberg dan melanjutkan peranannya sebagai ilmuwan pribadi.
Selama Perang Dunia Pertama berkecamuk, Max menjadi seorang administrator Rumah
Sakit Angkatan Bersenjata Jerman. Pada tahun 1918 ia menjadi konsultan pada
Komisi Gencatan Senjata Jerman dan penasihat Komite Reformasi Konstitusional
Jerman. Max Waber meninggal pada tahun 1920 dalam usia 56
tahun saat ajarannya mengenai pendidikan politik sudah mulai berkembang.
Teori Dan Gagasan
Menurut
Weber, perilaku manusia merupakan perilaku social yang harus mempunyai tujuan
tertentu dan terwujud dengan jelas. Untuk menganalisa perilaku sosial tersebut
Weber menciptakan tipe-tipe perilaku ideal sebagai pola yang biasa disebut
“ideal typus” agar dapat membandingkannya dengan perilaku actual yang
dimaksudkan sebagai ekspresi semua formulasi dan batasan konseptual dalam
sosiologi. Pengartian tipe ideal dirumuskan dengan cara memberikan tekanan
sepihak serta intensifikasi terhadap satu atau beberapa aspek suatu peristiwa
yang mencerminkan struktur mental yang seragam.
Weber
menekankan bahwa tipenya itu harus merupakan suatu kemungkinan yang kuat dengan
minimal harus mendekati kebenaran empiris. Tipe ideal juga bersifat deskriptif
murni dan tidak boleh disalahgunakan untuk menjelaskan data yang
diungkapkannya. Tipe ideal merupakan suatu sarana untuk menyusun klasifikasi
yang berguna untuk mengatur kategori-kategori secara sistematis dari semua
hasil pengamatanyang pernah dilakukan. Selain itu,bentuk perilaku social yang
terpenting adalah perilaku social yang timbal balik (resiprokal) yang tercermin
dalam pengantian hubungan social sebagai tema sentral sosiologi.
Suatu
hubungan social ada apabila para individu secara mutual mendasarkan perilakunya
pada perilaku yang diharapkan pihak-pihak lain. Beberapa
tipe hubungan social diantaranya:
- Perjuangan, suatu bentuk hubungan social yang menyangkut perilaku individu sedemikian rupa sehingga salah satu pihak memaksakan kehendaknya terhadap perlawanan pihak lain.
- Komunalisasi, hubungan social yang didasarkan pada perasaan subyektif baik bersifat emosional , tradisional maupun kedua-duanya.
- Agregasi, hubungan social keserasian dan kecocokan motivasi rasional atau keseimbangan berbagai kepentingan.
- Kelompok Korporasi, hubungan social yang berkaitan dengan wewenang yang dilandaskan pada kegiatan seorang pemimpin dan suatu staf administrasinya.
Keempat hubungan social tersebut mungkin terbuka
ataupun tertutup tergantung pada dasar peran sertanya, yakni sukarela atau
paksaan.
Selain Ideal typus, Max Waber juga terkenal
dengan Method of understanding yang menghasilkan dua cara
untuk mendapatkan pemahaman dan dua jenis pemahaman yang harus diperhitungkan.
Suatu perilaku dapat dipahami secara intelektual bila perilaku tersebut rational,
tergantung pola perilaku yang terwujud dengan cara yang dianggap logis yang
sesuai dengan urutan perilaku yang dapat diduga. Dan suatu perilaku juga bisa
dipahami dengan menggunakan perasaan bila perilaku tersebut bersifat
irrational dengan jalan memproyeksikan diri sendiri ke dalam situasi
irasional tersebut.
Refrensi:
- http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/biografi-max-weber.html
- Sukanto, Suryono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. 2002. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
- Sukanto, Suryono. Sosiologi Suatu Pengantar. 1994. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
4. KARL MAX
Biografi
Karl
Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai
keluarganya dengan relatif
baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi
(rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther
ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor
filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh
Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis.
Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian
itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.
Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai–esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.
Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx.
Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat.
Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya.
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior, Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam McLellan,1973;131-132)
Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx.Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis (atas permohonan prusia) mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur (misalnya ‘kaum buruh seluruh dunia bersatulah).
Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The Internasional’, sebuah gerakan buruh internasio nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.
Teori dan gagasan
Karya Karl max dapat di tafsirkan dalam
berbagai cara yang berbeda, yang meliputi kritik romantik awal dalam Paris
Manuscript, Marx sang filsuf, antropologi historis dalam The Germany
Ideology, sejarah kritis dalam Eighteenth Brumaire atau the Civil
War in France pemaparan ide-ide pribadi yang cerdas dalam Grundrisse, ekonomi
kitis yang lebih mutakhir dalam Capital, Marx sang ekonom dll. Salah
satu cara untuk dapat memperoleh wawasan yang utuh atas pemikiran marx adalah
dengan membaca proyeknya sebagai suatu yang tercangkup dalam tema tunggal,
yakni kritik atas ekonomi sosial. Karya teoritis Marx bermula dari kritik
romantik, yang berangsur-angsur memasuki dunia ekonomi politik. Baru setelah
kematiannya di tahun 1883 karyanya berpengaruh luas dalam bentuk propaganda
yang sudah terpotong-potong yang kemudian dikembangkan oleh Soviet.
Paris Manuscript
Persoalan tentang hubungan Marx muda dan yang
telah matang merupakan sebab utama Renaissance dalam diskusi tentang
Marx yang berkembang sejak tahun 1960 sampai sekarang dan terus berlanjut.
Masalah fundamental yang terkait disini apakah pemikiran Marx merupakan
pemikiran yang berkesinambungan ataukah pergeseran kualitatif dalam karyanya.
Bagaimanapun bentuk kesinambungan itu, arah yang ditempuh oleh Marx sendiri
adalah berangkat dari praksis menuju struktur, dari tindakan yang menuju
sistem.
Dalam Paris Manuscript yang terbit
dalam bahasa jerman (1960-an), adalah untuk menempatkan ekonomi politik dalam
pengujiannya. Para ekonom klasik seperti Smith telah mengakui pentingnya
sumbangan ekonomis buruh terhadap produksi kekayaan (wealth) atau nilai,
namun mereka tidak memberikan tempat yang layak pada buruh tersebut dalam
politik maupun masyarakat. Sebagian ekonom melakukan hal tersebut dengan
menyelewengkan hakikat proses produksi kekayaan, seolah-olah kepemilikan
mendahului kerja, padahal kepemilikan sesungguhnya hasil dari kerja kreatif
atau praksis. Kaum buruh dengan demikian mengorbankan darah hidupnya untuk
menciptakan modal yang bergantung pada tenaga buruh bagaikan seekor
vampir. Kritik ekonomi politik tersebut membawa Marx pada kritik filsafat
mengenai pembagian kerja. Arah yang ditujunya adalah kembali mempertentangkan
antara perumusan pandangan atas kemanusiaan sebagai satu keutuhan sebelum
adanya industrialisme yang tidak mengenal alienasi denagn kondisi yang
terpecah-pecah dan kalah dalam kapitalisme.
Arah yang tersembunyi dalam argumen tersebut
adala perlunya pembebasan kemanusiaan atau poletarian. Dengan pembebasan
tersebut Marx membayangkan adanya pergantian kepemilikan pribadi (modal) serta
ditegakkannya kembali integritas kemanusiaan secara serentak. Dan ia pun
menempatkan status utama kepada kaum buruh sebagai agen pembebas yang
menderita. Imaji tentan sosialisme dalam karya awal Marx berupa suatu
masyarakat yang terdiri dari kaum buruh yang cerdik.
Dalam Germany Ideologi Marx dan Engels
mulai mengangkat persoalan ideologi, dan mengkritik suatu yang ironis,
mengingat pengistimewaan terhadap kaum poelitariat dalam teori mereka, pretensi
kaum borjuis bahwa kepentingan mereka sendiri tak lain adalah kepentingan rakyat
umum. Tahun 1848, Marx dan Engels menerbitkan karyanya yang amat terkenal
dengan judul The Communist Manifesto, sebuah polemik yang brilian yang
menguraikan satu dimensi utama proyek Marx: satu penilaian atas peradaban
kapitalis yang sangat ambivalen, peradaban yang menjadikan segala sesuatu itu
menjadi mungkin, dan serentak memenyingkirkan realisasi-diri potensi
kemanusiaan. Di sinilah muncul aksioma bahwa semua sejarah adalah sejarah
perjuangan kelas. Di sini Marx mengembangkan model dua kelas yang banyak
ditiru oleh para sosiolog dan sejarawan belakangan ini, dan merupakan
konsep sentral dalam Capital. Sejarah bukan sekedar sejarah kelas-kelas yang
berjuang, sejarah modern adalah peperangan besar antara dua kelas fundamental:
borjuis dan poletar.
Grundriss
Pergeseran Marx dari tindakan menuju
struktur, secara politis didorong oleh kekalahan revolusi 1848. jika tidak
berubah yang jadi persoalan adalah mengapa tidak.bagaimana ia akan menjadi
produksinya sendiri? Inilah yang menjadi logika esensial dalam Capital yang
mana akan ambruk dan melahirkan sosialisme. Disni Marx membahas persoalan
epistemologi dan metodologi. Dan ia berpendapat bahwa pengetahuan tidaklah
ditemukan melainkan dikonstrksi , dan meskipun terkadang ia mengklaim setatus
ilmiah untuk karyanya. Namun kenyataannya menunjukan bahwa ilmu pengetahuan
kemanusiaan secara kualitatif merupakan jenis upaya yang berbeda dengan ilmu
alam. Dengan begitu Marx secara implisit menyesuaikan proyeknya kembali ke
proposisi Vico bahwa yang dapat diketahui manusia secara yang baik
adalah sesuatu yang unik pada dirinya: sejarah manusia itu sendiri.
Selanjutnya Marx mendiskusikan masalah
transisi dan feodalisme, lewat sebuah uraian yang yang banyak diperdebatkan
dalam science and society tahun 1950-an. Dalam Capital sebenarnya
Marx kmbali ke gagasan awal bahwa sejarah merupakan suatu yang pentin, suatu
proses yang penting untuk beralih dai feodalisme ke kapitalisme dan ke
sosialisme. Marx bergeser menuju proposisi bahwa revolusi tekhnologilah, dan
bukannya perjuangan kelas, yang mungkin bisa merealisasikan sosialisme.
Perkembangan logika internal kapitalisme adalah bahwa otomatisasi akan dapat
menggagalkan harapan yang bersumber dari gagasan tentang relasikelas.
Agen sejarah kembali dimitoskan: aktor-aktor sejarah bukan lagi umat manusia
yang penuh makna dan menderita, namun adalah kekuatan sejarah yang berupa
ekonomi bahkan tekhnologi. Eknomi adalah determinan fundamental yang
lantas muncul superstruktur legal dan politis serta bentuk-bentuk
kesadaran sosial yang pasti.
Capital
Puncak mitologi dan pemikiran Marx adalah Capital.
Bab I, “ Komoditas”,
merupakan teoritis yang paling signifikan dan paling sulit. Marx mengemukakan
kritik yang sangat mengena terhadap eika kapitalis dan utilitarian. Ia merujuk
pada karya Aristoteles, Politics: segala sesuatu punya alasan sendiri
untuk ada, masing-masing tak dapat disepadankan. Namun kodifikasi menjadikan
segala sesuatu itu dapat diukur, segala sesuatu memiliki harganya/nilainya
sendiri. Masyarakat borjuis mereduksi nilai kemanusiaan menjadi nilai ekonomis.
Mereka menyamakan berbagai perbedaan yang seharusnya memiliki karakteristiknya
masing-masing.
Subtansi buku tersebut adalah analisis kritis
atas produksi kapitalis dari segi tertentu, buku tersebut menjadi pelopor
sosiologi industri modern. Di buku ini menegaskan bahwa sosialisme sebagai
pembebasan yang tak terelakkan, dan perjuangan masih merupakan hal utama di
antara dua kelas fundamental dan dalam konsep-konsep dikemukakan, kerja dan
modal.
Refrensi
- www.wikipedia.com
- Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar
- Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
5.HAERBERT SPENCER
Biografi
Herbert Spencer dilahirkan di Derby Inggris,
27 April 1820. Ia tak belajar seni Humaniora, tetapi di bidang teknik dan
bidang utilitarian. Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai seorang insinyur sipil
jalan kereta api, jabatan yang di pegangnya hingga tahun 1846.selama periode
ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri dan mulai menerbitkan karya
ilmiah dan politik.tahun 1848 spenser di tunjuk sebagai redaktur the economis
dan gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia menyelesaikan karya
besar pertamanya, Social Statis (1850).
Hasil karyanya yang terkenal antara lain :
· Sosial Statistics (1850)
· Principle of Psychology (1955)
· Principle of Biology (2 jilid, 1864 dan 1961)
· Principle of Etnics (1893)
· Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
Dalam
bukunya yang berjudul The Principle of Sosiologi (3 jilid,1877),
Herbert Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan
sistematis. Spencer mengatakan bahwa obyek sosiologi yang pokok adalah
keluarga, politik, agama, pengendalian diri, dan industri. Sebagai tambahan
disebutkannya sosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, masyarakat
setempat, pembagian kerja, lapisan social, sosiologi pengetahuan dan ilmu
pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Buku tersebut menjadikan sosiologi menjadi
populer di masyarakat dan berkembang pesat pada abad 20, terutama di Perancis,
Jerman, dan Amerika.
Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi
Sosial. Evolusi secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara
pelan-pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu
lama. Sedang evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi
karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan
keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.
Ia juga menerapkan secara analog
(kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang
mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia
yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat
industri. Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami
masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas
bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Ia menyoroti hubungan
timbal-balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas
kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan.
Spencer mempopulerkan konsep ‘yang kuatlah
yang akan menang’ (Survival of the fittest) terhadap masyarakat. Pandangan
Spencer ini kemudian dikenal sebagai ‘Darwinisme sosial’. Ia mempercayai akan
kehidupan maasyarakat yang akan tumbuh progresif menuju keadaan yang lebih
baik, untuk itu masyarakat harus dibiarkan bekembang sendiri. masyarakat harus
dilepas dari campur tangan eksternal yang diyakini justru memperburuk keadaan.
Spencer menyetujui akan adanya evolusi darwin dalam konteks sosial, yaitu
apabila dibiarkan dengan sendirinya teori itu akan berlaku dimana individu yang
layak bertahan hidup akan berkembang, sedangkan individu yang yang tidak layak
maka ia akan tersingkir.
Ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer adalah sebagai
berikut:
2. Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di
sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
5. Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan
dipimpin oleh kontrol politik dan agama menjadi militerisme.
6. Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok
sosial kecil menjadi kelompok sosial lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut
memerlukan integrasi sosial.
7. Kebiasaan berdamai dan rasa kegotongroyongan
membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka hidup tenteram
dan penuh rasa setia kawan.
Spencer menitikberatkan pada 3 kecenderungan
perkembangan masyarakat dan organisme:
Refrensi :
· Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 1990.
· Buku
Teori Sosiologi Klasik Karya Boedhi Oetoyo, dkk
PENUTUP
Setelah menelaah dan mempelajari riwayat
hidup dan teori gagasan para sosiolog abad akhir 19 sebagai suatu pengantar
untuk lebih memperdalam ilmu sosiologi yang nantinya akan memunculkan dan
memberikan kesan awal pada sosiologi tersebut bahwa sosiologi itu sebagai ilmu
pengetahuan yang terlampau abstrak. Sehingga terkadang timbul pendapat-pandapat
kalau sosiologi itu bersiat khusus atau kurang peka terhadap kebtuhan-kebutuhan
atau pertimbangan-pertimbangan sosial kemasyarakatan.
Kesan-kesan tersebut tidaklah begitu
mengherankan karena saat itu seorang sosiolog Lynd pada tahun 30an
dan Mills pada tahun 50an pernah memprediksinya. Sehingga
mereka menyajikan pendapat mereka dalam buku-buku karya mereka ”Knowledge
For What” dan ”The Sociological Imagination”. Sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan yang melibatkan masyarakat sosiologi ikut berkembang serta
mengalami peristiwa-peristiwa tertentu maupun masa-masa krisis. Setelah perang
dunia ke-2 banyak sekali penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli sosial
terhadap masyarakat-masyarakat yang telah merdeka, baru merdeka, dan yang
terlepas dari belenggu-belenggu penjajahan seperti halnya konflik rasialis
kejahatan, ledakan penduduk, kemiskinan dan maslah-maslah sosial lain menjadi
pusat objek penilitian-penelitian sosiologis tersebut. Dengan demikian pada
waktu itu sosiologi secara relative cepat tanggap terhadap masalah-masalah
sosial penting, sehingga dianggap sosiologi itu begitu penting untuk dapat ikut
andil membantu memecahkan masalah-masalah sosial tersebut…
semoga bermanfaat kawan kawan..... :)